Dari Seminar Packaging for Marketing di MaxOne Hotels Tidar - 82 Peserta Seminar Antusias Berdiskusi Seputar Sisik Melik tentang Packaging untuk Marketing sebagai Brand Owner
Dari Seminar Packaging for Marketing di MaxOne Hotels Tidar
A
82 Peserta Seminar Antusias Berdiskusi Seputar Sisik
Melik tentang Packaging untuk Marketing sebagai Brand Owner
DEMI membekali pengetahuan
seputar sisik melik tentang Packaging untuk
Marketing sebagai Brand Owner dari
ahlinya langsung, 82 orang peserta seminar --terdiri dari 70 mahasiswa Akpar
Majapahit dan enam Dosen Akpar Majapahit, Politeknik Surabaya dan Tristar
Institute (Tristar Group), serta enam orang peserta dari Koperasi Agrobisnis
Tarutama Nusantara (TTN) Jember-- antusias menghadiri seminar bertajuk Packaging for Marketing di MaxOne Hotels Tidar Surabaya, Rabu
(21/02/2018) siang.
Dalam seminar tersebut kembali dihadirkan
narasumber yang berkompeten di bidang packaging
(kemasan) yakni Ir Sri Julianti.
Perempuan paro baya alumni Fakultas
Teknik Kimia ITS 1982 silam itu merupakan Pakar sekaligus Konsultan Packaging
yang telah berpengalaman sekitar 30-an tahun bekerja di perusahaan multinasional Unilever.
Seminar yang mengupas seputar sisik melik
desain tentang Packaging for Marketing
itu boleh dibilang sebagai kuliah kedua bagi segenap civitas akademika Akpar
Majapahit dan Tristar Institute (Tristar Group) dari Ir Sri Julianti, demi
mengetahui perkembangan teraktual dari Packaging
untuk Marketing sebagai Brand Owner di
Open Oven Distro MaxOne Hotels Tidar Surabaya, kemarin.
Jika pada kuliah perdana November 2017 lalu,
peserta seminar dikenalkan Basics Packaging.
Packaging is Art, Science &
Technology. Kemasan adalah Seni, Ilmu Pengetahuan dan Technologi. Namun
pada diskusi kali ini pembahasannya lebih menitikberatkan pada Packaging untuk Marketing sebagai Brand Owner.
Pada satu sisi, kemasan dapat menunjang
pertumbuhan bisnis, tetapi juga dapat membuat bisnis Anda gagal. Oleh karena
itu perlu peran marketing. Marketing adalah fungsi yang berkaitan
dengan pemasaran sebagai sebuah proses dan visi masa depan, seperti yang
disarikan dari Marketing Science
Institute Research Priorities.
Menurut hasil kajian dari The Institute of Marketing, Marketing juga didefinisikan sebagai
proses manajemen yang bertanggung jawab untuk mengidentifikasi, antisipasi dan
memuaskan pelanggan sekaligus menguntungkan.
Hal ini berarti Pelanggan adalah Target Konsumen. Makanya, Marketing harus mengerti tentang kebutuhan dan keinginan pelanggan
yang amat kritikal demi suksesnya pemasaran. Peran marketing terutama mengatur
relasi penting antara pelanggan dan elemen dari perusahaan termasuk relasi
pelanggan dengan Produk, Retail dan Finansial.
Produk tanpa merek dan kemasan, konsumen
tidak tahu apa dan siapa pembuatnya. Tidak ada identifikasi maka boleh jadi
produk tersebut tidak dilirik konsumen. Kemasan produk yang baik dan menarik,
selain ditujukan untuk merebut hati konsumen demi mendongkrak pemasarannya,
juga harus bisa memudahkan penyimpanan dan pendistribusian produk tersebut
hingga ke pelosok.
Sebaliknya jika sebuah produk itu –sekalipun
berkualitas— jika kemasannya salah, meskipun ditata di rak utama tetap tidak
menarik konsumen untuk membelinya. Hal ini berarti kemasan salah bisa
menyebabkan gagalnya dalam pemasaran karena produk tidak bisa dijual.
Kemasan produk yang tidak menarik dikesankan
bahwa produk itu tidak enak. Inilah yang disebut bahwa kemasan merupakan Silent of Salesman. Fakta ini bisa
dilihat dari promo produk yang ditata rapi di rak sebuah toko swalayan.
Untuk bisa bersaing dengan produk sejenis,
kemasan produk harus menonjol –warna kemasan lebih ngejreng—di antaranya pesaingnya. Dengan tampilan seperti itu maka
produk tersebut lebih mudah dikomunikasikan kepada konsumen.
”Sebelum memastikan produk dengan kemasan
seperti itu diterima konsumen, ada baiknya dilakukan survei & riset dengan
melibatkan lembaga independen sekelas Survey
Research Indonesia (SRI) atau kalau dana risetnya terbatas, cukup Anda mengadakan
riset kecil-kecilan dengan melibatkan tetangga kanan kiri dalam lingkup
Kelurahan atau minimal RT/RW di mana Anda tinggal,” cetus bu Juli, sapaan akrab
Sri Julianti kepada kru www.culinarynews.info, usai seminar.
Untuk mengukur kemasan produk Anda bagus,
Anda harus membandingkan dengan produk kompetitor. Misalnya, kripik pisang,
maka pembanding Anda tidak hanya produk sejenis yakni sesama kripik pisang,
melainkan juga kripik lain seperti kripik singkong, kripik kentang, kripik
ketela rambat, kripik talas.
Begitu juga jika Anda membuat produk pisang
sale, maka produk kompetitor yang harus Anda cermati tidak hanya sesama produk
pisang sale, tetapi bisa juga produk kurma. Jika Anda membuat nastar, maka Anda
bisa saja membandingkannya dengan produk cookies
yang lain, tidak hanya nastar yang dibuat pesaing.
Dalam berbagai diskusi seputar Packaging, pihaknya selalu menekankan
pentingnya keamanan produk makanan yang dijual. Artinya aman di sini adalah
produk tersebut steril dan layak untuk dikonsumsi. ”Jangan sampai sampai di
kemasannya tertulis tanggal kedaluarsa sampai Maret 2018, ternyata produk itu
dibeli konsumen pada Februari 2018 barangnya sudah berjamur. Ini sangat berbahaya
bagi konsumen karena bisa saja menimbulkan keracunan,” tandasnya.
Sekadar informasi, sedikitnya ada empat
tujuan packaging sebuah produk makanan atau non
food, yakni untuk menjual (produk bisa dijual), penampilan secara visual
menarik, fungsional (packaging dari
produk itu mudah dibuka, digunakan dan ditutup kembali) dan terakhir untuk
fungsi proteksi terhadap bahan di dalamnya (isi kemasan) agar tidak meracuni
konsumennya ketika dikonsumsi.
Packaging sulit diaplikasikan oleh orang awan
termasuk pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Kendala itu secara
bertahap telah dipecahkan oleh pemerintah terutama Disperindag Kota Surabaya
dan Disperindag Jatim dengan menyediakan kemasan produk-produk UMKM karena
telah mendirikan lembaga riset kemasan untuk membantu UMKM yang jumlahnya
ribuan di Jatim.
Namun masih ada kelemahan dari sisi desain
produk UMKM yang disediakan Pemkot Surabaya maupun Pemprov Jatim karena desain
kemasannya monoton dan nyaris seragam hanya beda warna saja. ”Kalau saya boleh
kasih saran, perlu diperbaiki desain kemasannya biar tampilannya lebih atraktif.
Desainer-nya pum jangan sekadar copy paste demi mengejar deadline cetak kemasan dan target
produksi,” tandas Sri Julianti.
Anda tertarik dengan aneka kegiatan
mahasiswa Akpar Majapahit di Gedung Graha Tristar, silakan menghubungi Tim Marketing di Front Office (FO) Akpar Majapahit Jl Raya Jemursari No. 244 Surabaya, Telp. (031) 8433224-25,
sekarang juga. (ahn)
Komentar
Posting Komentar